Jumat, 06 Februari 2009

Mengatasi Kesulitan Belajar Anak

Penting, Adanya Lembaga Deteksi Dini
12/08/2008 08:06:26 YOGYA (KR) - Ada beberapa strategi yang dapat dipakai guru dan orangtua guna mengatasi kesulitan belajar anak. Salah satunya, sebelum belajar, orangtua membuat program belajar untuk anak. Tak kalah pentingnya, anak diperiksa lebih dulu oleh lembaga deteksi dini (psikiater, psikolog dan rumah sakit).
Frederik Vrugteveen menyampaikan hal itu dalam Seminar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jogja International Hospital (JIH), baru-baru ini. Seminar diselenggarakan KB & TK Harapan Bangsa didukung SKH.Kedaulatan Rakyat itu menghadirkan pembicara Hani Suryandari SPsi (dari JIH) dan Hj Tati Ibnu Subiyanto dengan moderator Kepala TK Harapan Bangsa Nonon A Laksono.
Menurut Frederik asal Belanda ini, ada beberapa ciri anak yang mengalami kesulitan belajar, antara lain IQ anak sekitar 70-90, kesulitan mengeja, sulit menghafal dan gangguan motorik halus. Akibatnya anak kesulitan mengikuti kurikulum di sekolah umum dan kerap tidak naik kelas. "Anak dengan ciri semacam ini di Belanda sudah ada sekolahnya sendiri, sejenis SLB," terang Frederik.
Orangtua dan guru, lanjutnya, perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai perkembangan anak.
Terganggunya perkembangan anak selain kesulitan belajar juga berpengaruh ke masalah konsentrasi belajar. " Dalam hal ini peran orangtua juga penting untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan anak," imbuhnya.
Frederik memberikan alternatif pilihan sekolah untuk anak yang kesulitan belajar, yaitu memasukkan anak ke sekolah TK, SLB B atau C, sekolah inklusi, home schooling atau lembaga ketrampilan.
Sementara itu, menurut Hani Suryandari SPsi, perkembangan anak usia 0 hingga 8 tahun, merupakan masa keemasan di mana anak mulai mengenal dunia. Apa yang dipelajari anak di usia dini akan menentukan masa depannya nanti. Untuk itu diperlukan kerja sama yang bagus antara orangtua, guru dan lingkungan. ( kedaulatan rakyat )